Ma’baca-baca Dalam Tradisi Masyarakat Bugis
Ada suatu tradisi yang sering kita dengar dan lihat bila datang ke daerah Bugis yaitu tradisi mattampung dimana acara akan dilakukan bila seseorang telah meninggal masuk 7 hari, 14 hari atau 40 hari. Yang mana biasanya tradisi ini akan mengadakan penyembelihan seekor sapi.
Dalam tradisi ma’baca-baca ini sudah mendarah daging dilakukan oleh kalangan masyarakat Bugis bila tidak dilakukan takutnya ada sesuatu hal yang tidak diinginkan. Terkadang mereka didatangi oleh orang-orang yang telah mendahului mereka yakni orang yang sudah meninggal, melalui mimpi, bila mereka tidak melakukan yang namanya ma’baca-baca.
Tata Cara Ritual Ma’baca-baca Yaitu :
- Sebelumnya makanan akan disiapkan dimana tiap nampan berisi nasi putih, nasi ketan (sokko), telur ayam kampung, buras dan berbagai macam lauknya itu disusun didalam satu baki ada juga kebokan, air putih,pisang dan dupa-dupanya.
- Di dalam setiap ma’baca-baca biasanya ada beberapa nampan disiapkan, karena tiap nampan ada ditujukan seperti nampan pertama ditujukan untuk orang yang meninggal, nampan kedua ditujukan untuk pusat rumah (possi bola) begitu seterusnya.
- Setelah semuanya sudah siap maka dipanggillah orang untuk ma’baca-baca yang dianggap sesepuh atau tokoh masyarakat dalam sebuah kampung atau orang yang dituakan dalam sebuah keluarga.
- Sebelumnya dupa-dupa yang dinyalakan yang mana sudah berisikan bara api ditaburi kemenyan kalau tak ada kemenyan kadang juga gula pasir sehingga berasap membumbung tinggi
- Saat itulah sesepuh atau orang yang dipercayakan akan membacakan doa dan kalimat-kalimat ayat suci yang mana setiap baki akan dibacakan doa.
Ma’baca-baca sering dilakukan pada saat mau memasuki bulan suci
Ramadhan yakni mendoakan keluarga kita yang telah meninggal, begitupun
bila naik rumah baru dan tolak bala.
Dalam pelaksanaannya, mereka
hanya merubah doa-doa yang sebelumnya bersifat ananisme (kepercayaan
nenek moyang) dan diganti dengan doa yang sesuai dengan tuntunan
Al-quran dan haditsnya.